Jumat, 16 Januari 2009

We Will Not Go Down - Song For GAZA

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)

Lahir dari keperdulian seorang musisi Los Angeles, Michael Heart atas keprihatinannya yang menimpa para korban perang di GAZA.

Download mp3 disini



Berikut lirikny:

"A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
"

Kamis, 15 Januari 2009

Lihatlah Lebih Dekat

Didalam kendaraan umum yang lumayan padat, seorang wanita berjilbab yang duduk dibangku dekat jendela terlihat sedang khusyu’ membaca Al Qur’an sakunya. Hingar bingar pedagang asongan dan peminta-minta tak mengusik konsentrasinya. Sementara disebelahnya, seorang wanita lainnya, menyodorkan sejumlah receh kepada peminta tak berkaki yang melewati mereka dengan cara ngesot. Seringkali di dalam sebuah kendaraan umum kita menyaksikan fenomena seperti itu, entah si pembaca Al Qur’an atau orang-orang yang cukup dermawan menyisihkan sebagian rezekinya untuk kaum dha’if, bahkan keduanya.

Kita yang biasa berkendaraan umum, juga sudah sangat hapal dengan teriakan-teriakan ‘artis-artis’ jalanan, ataupun para penyair bus kota setelah mereka beraksi. “Kami hanya harapkan bunga-bunga sosial dari anda, tidak perlu berpura-pura tertidur dan jangan berlagak sombong jika tak memberi. Senyuman dan tangan terangkat anda sangat lebih kami hargai” begitu kira-kira. Namun rupanya, masih banyak diantara kita yang malas sekedar mengangkat tangan –dan melebarkan senyum- dibarengi kata “maaf” pertanda tidak memberi. Bisa bermacam persepsi orang, tidak ada receh, susah ngambil uangnya, sebal dengan pengamennya (baik lagu yang dibawakan atau tampilan yang tidak sedap) atau memang dasarnya pelit.

Sopan, hormat dan sangat menghargai anda sebagai orang yang dimata mereka, sudah sukses dan mendapatkan kesempatan hidup lebih baik. Meski harus diakui ada sebagian kecil yang terang-terangan bersikap kasar sewaktu meminta dengan dalih kapok masuk penjara, plus tampang yang rada kriminal. Masalahnya kemudian, pantaskah sikap angkuh kita perlihatkan hanya karena kebetulan memiliki rezeki sedikit lebih (dari mereka). Haruskah hingar bingar suara gitar dan teriakan suara sumbang mereka dibalas dengan cibiran? Atau yang juga perlu ditanyakan dalam diri ini, apakah Islam membedakan kaumnya berdasarkan profesi, lusuh-rapihnya pakaian, kumal-klimisnya penampilan atau aroma tubuh seseorang?

Ditempat lain, kita begitu rela menghabiskan sekian puluh, ratusan ribu untuk mentraktir kolega dan rekan kerja yang kalau mau jujur nilainya cuma sampai dimata para kolega itu. Namun jumlah yang tidak sepersepuluhnya yang kita keluarkan untuk para fakir miskin, anak yatim, peminta-minta, sumbangan masjid dan lain-lain. Padahal recehan yang kita lemparkan untuk kaum dhu’afa itu sungguh jauh lebih bernilai, hingga dimata Allah.

Banyak ayat yang sudah kita baca yang semestinya menyadarkan bahwa ayat Al Qur’an yang membahas ibadah sosial lebih banyak ketimbang ibadah ritual. Mungkin itu sangat terkait dengan posisi manusia sebagai makhluk sosial, yang juga merupakan makna dibalik penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Bahwa keberadaan manusia yang satu tidak bisa terlepas dari keberadaan manusia (makhluk) lainnya. Itu artinya, keberadaan mereka yang lemah juga terkait dengan diri ini yang mungkin saja menjadi bagian dari proses keterpurukan mereka. Atau setidaknya menambah lekat status lemahnya dari sikap arogansi dan kikir kita.

Padahal sesungguhnya, sangat banyak keuntungan yang kita raih dari orang-orang miskin, kaum fakir, anak-anak yatim piatu dan sebagainya. Setidaknya, predikat kita sebagai kaum the have, dan sebagai orang sukses karena mereka yang berstatus miskin dan tertinggal. Tidak ada sebutan orang kaya jika tidak ada orang miskin. Selain itu, bayangkan jika tidak ada mereka, tidak ada yang akan melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti mengeruk sampah, menjadi pembantu rumah tangga, sopir dan kondektur, penyapu jalan, tukang koran, pelayan toko dan lain sebagainya. Bayangkan jika kita harus melayani semuanya sendiri tanpa bantuan mereka. Disinilah makna kebersamaan hidup, berdampingan dan saling membutuhkan berdasar aturan simbiosis mutualis dan win-win solution.

Belum lagi keuntungan yang dapat kita raih yakni berupa surga Allah hanya dengan menghormati hak-hak kaum dhu’afa, mengangkat yang jatuh dan membela yang lemah. Membangkitkan mereka dari keterpurukan yang mungkin saja menyeretnya kepada kekafiran. Dan itu bisa juga menyeret kita didepan pertanggungjawaban Allah karena membiarkan orang-orang miskin di depan mata kita berpaling dari agamanya karena kemiskinan. Tentu kita bisa belajar dari Abu Dzar Al Ghifari, sahabat Rasulullah yang mendapat gelar pahlawan kaum lemah, pembela kaum tertindas diyakinkan Rasulullah menjadi salah satu penghuni surga.

Jadi lihatlah lebih dekat, tak perlu membusungkan dada hanya untuk memperjelas status sosial dihadapan mereka. Sekedar senyum mungkin sedikit membebaskan kita dari tuntutan pengadilan Allah. sentuhan kasih sayang dan cinta yang kita berikan kepada saudara kita itu, bukan hanya menorehkan do’a dari mulut mereka akan kita, melainkan juga mengembalikan kunci surga yang pernah kita biarkan lewat begitu saja selama ini. Wallahu a’lam bishshowaab (Abinya Iqna)

Internet Sebagai Media Dakwah Islami

"Sampaikanlah, walau hanya satu ayat,\" demikian ditegaskan oleh NabiMuhammad SAW kepada umatnya suatu ketika. Ujaran yang sangat terkenaltersebut berintikan ajakan kepada para penganut agama Islam untuksenantiasa menyempatkan diri untuk berdakwah dan berbagi pengetahuan bagi sesama, kapanpun dan dimanapun. Sebelum Rasullulah wafat pada tahun
632 M, dakwah kerap dilakukan secara lisan. Baru pada tahun 644 M ketika Islam dipimpin oleh Uthman bin Affan, sahabat Rasulullah dan khalifah ketiga, dakwah mulai dilakukan secara tertulis. Pada saat itu Al-Qur\'an sebagai kita suci Islam mulai dibukukan, digandakan dan disebarluaskan
ke imperium-imperium Islam di penjuru dunia.

Semangat dakwah tersebut, meskipun hanya satu ayat, merupakan satu bentuk \"tanggung jawab moril\" yang sangat mengakar di kalangan umat Islam. Segala daya dan upaya untuk melakukan dakwah terus dilakukan, hingga kini.Setelah beratus tahun berselang sejak dakwah lisan dikumandangkan oleh Rasulullah, pada masa kini dakwah telah menggunakan
medium bit, binary dan digital. Dakwah dalam bentuk tulisan di buku mendapatkan komplementernya berupa text dan hypertext di Internet.

Meskipun jumlahnya masih sangat sedikit, kalangan umat Islam di Indonesia yang menggunakan Internet sebagai media dakwah jumlahnya kian hari kian bertambah. Total jumlah pengguna Internet di Indonesia saja terhitung baru sekitar 2 persen saja dari total penduduk Indonesia. Tetapi semangat berdakwah \"walau hanya satu ayat\" tersebut tidak
mengurungkan niat para pelaku dakwah digital.

Fenomena dakwah digital tersebut memang berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi informasi (TI) di dunia. Internet komersial baru masuk ke Indonesia pada tahun 1994, dengan dibukanya IndoNet di Jakarta, sebagai Internet Service Provider (ISP) pertama di Indonesia. Salah satu
pelopor penggunaan Internet sebagai media dakwah adalah seperti yang dilakukan oleh kelompok Jaringan Informasi Islam (JII). JII yang dibidani oleh jebolan Pusat Teknologi Tepat Guna (Pustena) Masjid Salman ITB tersebut sudah sejak sekitar tahun 1997-1998 bergulat dengan teknologi e-mail yang diaplikasikan ke dalam pesantren-pesantren, membentuk apa yang disebut dengan Jaringan Pondok Pesantren.

Kemudian pada sekitar tahun 1998-1999 mulai marak aneka mailing-list (milis) Indonesia bernuansa Islami semisal Isnet, Al Islam dan Padan Mbulan. Baru kemudian pada tahun 1999-2000 bermunculanlah situs-situs Islam di Indonesia, yang tidak sekedar situs-situs institusi Islam, tetapi berisi aneka informasi dan fasilitas yang memang dibutuhkan oleh umat Islam. Maka lengkaplah Internet menjadi salah satu media rujukan dan media dakwah Islam Indonesia.

Masuknya Internet dalam aspek kehidupan umat Islam mulai menggeser pemikiran-pemikiran lama. Menjadi santri kini tidak harus diidentikkan dengan sarung dan mengaji di langgar saja. Sekedar contoh, para santri Pesantren Darunnajah di Ulujami Jakarta Selatan ternyata telah akrab
dengan e-mail karena di dalam pesantren tersebut ada sebuah warnet yang dipergunakan bergantian antara santri pria dan wanita. Ada pula pesantren Annida di Bekasi, yang memang telah benar-benar memberikan materi pendidikan e-mail dan Internet kepada para santri-santrinya.

Dengan bermodalkan sepuluh komputer yang terkoneksi ke Internet, maka setiap hari selalu diberikan materi-materi Internet secara bergiliran. Menggunakan Internet pun bisa dianggap sebagai suatu ibadah. Masjid At-Tin di komplek Taman Mini misalnya, di dalamnya terdapat sebuah
warnet dengan 10 buah komputer. Administrasi warnet tersebut berada dibawah Bidang Dakwah dan Pendidikan Yayasan At-Tin, sebagai pengelola Masjid tersebut.Dengan semakin beragamnya aplikasi Internet sebagai media dakwah, kini ada sebutan santri virtual, yang dicetuskan oleh situs
PesantrenVirtual.com. Para santri virtual tersebut dapat saling berdakwah menggunakan milis pesantren@yahoogroups.com. Milis yang awal didirikan pada Agustus 1999 hanya beranggotakan 41 orang, kini telah
mencapai lebih dari 2300 anggota. Kekuatan milis sebagai media dakwah memang bukan hal yang sepele. Jika kita mengetikkan keyword \"Islam\" di YahooGroups.com, maka akan didapat 2254 milis yang membahas soal Islam dari berbagai bahasa dan negara. Bahkan kini tafsir Al-Qur\'an dalam bahasa Indonesia versi Departemen Agama pun dapat disimak di milis Tafsir-Quran@yahoogroups.com yang didirikan pada Agustus 2000 dan telah memiliki anggota sebanyak 1144 orang.

Kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai seorang muslim ternyata sama pentingnya dengan dakwah itu sendiri. Buktinya, pengguna webmail MyQuran.com tercatat lebih dari 40 ribu anggota. Sebagian dari para anggota tersebut juga aktif di forum diskusi online di situs tersebut.Situs MyQuran.com yang didirikan pada Juli 1999 merupakan situs portal informasi Islam. Jika merindu akan suara adzan dari Mekkah, maka MyQuran.com memiliki link yang dapat mengumandangkan adzan tersebut. Bahkan dapat juga diniikmati alunan pembacaan kitab suci Al-Qur\'an
lengkap 114 surah.

Di dalam hukum Islam masih ada yang memerlukan interpretasi dan pengkajian para ahli. Hal tersebut misalnya pada penentuan halal atau tidaknya produk atau pangan yang berada di pasaran. Dengan teknologi Internet, kini informasi kehalalan suatu produk atau pangan dapat
ditanyakan langsung ke ahlinya melalui situs IndoHalal.com. Pengelola situs yang didirikan sejak Februari 2001 tersebut telah memberikan jawaban atas 178 pertanyaan yang masuk. Beberapa pertanyaan tersebut antara lain tentang Kecap ABC, Bika Ambon, Susu Pediasure, Khong Guan Biscuit dan Restoran Hoka Hoka Bento.

Dari beberapa contoh aplikasi Internet di atas, maka dapat ditarik satu pemahaman umum bahwa Internet memang merupakan media yang efektif bagi dakwah dan penyebaran informasi. Meskipun demikian Internet tidak akan bisa menggantian perang ulama, kiai dan ustadz. Demikian ditegaskan oleh
Onno W. Purbo, praktisi Internet yang kerap memberikan dakwah Internet ke pesatren-pesantren. Menurut Onno, Internet hanyalah sebuah media komunikasi. \"Justru seorang pendakwah dapat dengan mudah memiliki jutaan umat saat mereka menggunakan Internet,\" ujar Onno.

Sedangkan Ahmad Najib Burhani, pengamat Islam yang kerap menulis tentang teknologi dan agama, menyatakan bahwa Internet memungkinkan setiap orang untuk bertanggung-jawab secara individu, termasuk soal agama. \"Tetapi yang menjadi pertanyaan lebih lanjut adalah apakah Internet bisa menjadi
tempat yang tepat untuk suatu proses penjelajahan kehidupan beragama yang penuh makna,\" ujar Najib. Menurut Najib, mengutip Steven Walman pendiri BeliefNet, Internet bisa menjadi alternatif media ketika seseorang sangat disibukkan dengan aktifitas kesehariannya sehinga tidak dapat mengikut acara keagamaan yang memerlukan kehadiran fisik.

Indahnya Cinta

Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak
normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah
orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.

Hikam:
"Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang
diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an:
Al-Imron ayat 14)

Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan
Ahmad)

Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis.
Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.

Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang
tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat
kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin
bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling
berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan
cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun
laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air
laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang
setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan
berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan
saling bersentuhan.

Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran, harus siap-siap
menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah
dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita
tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita.
Sepertinya cinta padahal nafsu belaka.

Niat Baik

Bagaimana Malaikat Mengetahui Niat Baik Seseorang sehingga Dicatat sebagai Kebaikan?
Nabi saw. bersabda yang artinya, ”Bila seorang hamba menghendaki kebaikan dunia belum melaksanakannya, maka akan ditulis baginya satu kebaikan.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmizi). Jika kehendak itu adalah rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya, bagaimana malaikat itu bisa mengetahuinya?

Jawaban:
Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Sesungguhnya telah ada riwayat dari Sufyan bin Uyainah sebagai jawaban atas permasalahan ini. Beliau berkata, “Apabila seorang hamba berniat kebaikan, maka malaikat akan mencium bau harum. Dan jika seorang hamba berniat kejelekkan, maka malaikat itu akan mencium bau busuk.” (Dikeluarkan oleh Abu Syaikh sebagaimana dalam Al-Habaik hlm. 96 karya As-Suyuthi dari Hajjaj bin Dinar, beliau berkata, “Aku bertanya kepada Abu Ma’syar, ‘Seseorang yang berzikir (mengingat Allah) dalam hatinya, bagaimana malaikat mencatatnya?’ Beliau menjawab, ‘Mereka akan mencium baunya’.”)

Allah Maha Kuasa menjadikan para malaikat itu mengetahui yang ada dalam jiwa seorang hamba menurut apa yang Allah kehendaki, sebagaimana Allah berkuasa menjadikan sebagian manusia itu mampu mengetahui apa yang ada dalam diri seseorang. Maka sebagian manusia kadang Allah menjadikan baginya singkapan-singkapan. Artinya, terkadang Allah menjadikan pada sebagian manusia mengetahui apa yang ada di hati seseorang. Maka, bukankah malaikat yang diserahi tugas menjaga hamba itu lebih pantas Allah jadikan dia mengetahui hal (apa yang ada dalam hati hamba) itu.

Dan, sungguh telah disebutkan dalam firman Allah SWT, Dan, Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (Qaaf: 16).
Sesungguhnya yang dimaksud dengannya adalah para malaikat, dan sungguh Allah telah menjadikan para malaikat itu mampu melontarkan pikiran/keinginan/ajakan pada diri seorang hamba. Sebagaiman Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata, “Sesungguhnya malaikat itu memiliki ajakan dan setan juga memiliki ajakan/seruan. Maka seruan malaikat itu adalah membenarkan yang hak dan menjanjikan kebaikan, sedakan ajakan setan adalah mendustakan kebenaran dan menjanjikan kejahatan.” (Dikeluarkan oleh At-Tirmizi dan An-Nasai dari hadis Ibnu Mas’ud).

Dan, sungguh telah tsabit dari Nabi saw. dalam hadis sahih, ”Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan Allah telah mempercayakan temannya dari golongan malaikat dan temannya dari golongan jin untuk selalu menyertainya.” Mereka (para sahabat) bertanya, ‘Dan, kepada engkau juga, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ’Demikian pula aku, hanya saja sungguh Allah telah menolongku untuk menundukkannya, sehingga ia tidak memerintahkanku melainkan kepada kebaikan’.”

Maka, kejelekan yang dikehendaki oleh seorang hamba apabila hal itu datang dari bisikan/godaan setan, niscaya setan mengetahuinya.
Dan, kebaikan yang dikehendaki oleh seorang hamba, jika hal itu datang dari ajakan malaikat, niscaya malaikat juga akan mengetahuinya dengan cara yang lebih utama. Maka, jika malaikat ini saja mengetahuinya, tentunya para malaikat penjaga hamba lebih mengetahui perbuatan-perbuatan anak keturunan Adam a.s. (Fatwa Syekh Ibnu Taimiyah)

Izinkan Aku Menciummu, Ibu

Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu
menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi
dan sore. Setiap hari, aku 'dipaksa' membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan
adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum
semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga
piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua
beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.

Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan
menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari
semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang
baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.

Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga
masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas,
ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah,
dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya
menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman,
bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan
pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku
meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.

Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan
dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi.
Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar
orang tak menyangka aku sedang bersamanya.

Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan
penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua
untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga
perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang
dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat
tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku
menangis.

Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin
merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali
menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga
kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan
uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.

Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak
mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya.
Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do'a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya
jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang
sekarang.

Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana
meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang
senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku.
Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku
menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir
ke dunia ini.

Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya
atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh dan taat kepada suamiku
hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku
mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih
berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak
sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.

Abdulaziz Al Ghifary

"Dan kalau kamu berhati keras (kasar), niscaya mereka akan menyingkir dari sisimu." (QS Ali Imran 159)
Sesungguhnya Allah itu maha lemah lembut, mencintai kelemahlembutan dalam setiap perkara." (HR Muttafaq alaih)

Jumat, 09 Januari 2009

Surat dari Allah SWT

Saat kau bangun pagi hari, AKU memandangmu dan
berharap engkau akan berbicara kepada KU, walaupun
hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur
kepada KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi
dalam hidupmu hari ini atau kemarin ......
Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan
diri untuk pergi bekerja .......
AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU
tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan
menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk .........

Disatu tempat, engkau duduk disebuah kursi selama lima
belas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU
melihat engkau menggeerakkan kakimu. AKU berfikir
engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari
ke telephone dan menghubungi seorang teman untuk
mendengarkan kabar terbaru.

AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU
menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua
kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk
mengucapkan sesuatu kepadaKU.

Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang
sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara
kepadaKU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak
menundukkan kepalamu.
Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan
melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKU
dengan lembut sebelum menyantap rizki yang AKU
berikan, tetapi engkau tidak melakukannya . masih
ada waktu yang tersisa dan AKU berharap engkau akan
berbicara kepadaKU, meskipun saat engkau pulang
kerumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus
kau kerjakan.

Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV, engkau
menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya,
tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yg
ditampilkan. Kembali AKU menanti dengan sabar saat
engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi
kembali kau tidak berbicara kepadaKU .
Saat tidur, KU pikir kau merasa terlalu lelah. Setelah
mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau
melompat ketempat tidur dan tertidur tanpa sepatahpun
namaKU, kau sebut. Engkau menyadari bahwa AKU selalu
hadir untukmu.
AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari.
AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar
terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu, setiap
hari AKU menantikan sepatah kata, do'a, pikiran atau
syukur dari hatimu.

Keesokan harinya ...... engkau bangun kembali dan kembali
AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan
memberiku sedikit waktu untuk menyapaKU ........ Tapi yang
KU tunggu . tak kunjung tiba ...... tak juga kau
menyapaKU.
Subuh . Dzuhur ....... Ashyar .......... Magrib ........ Isya dan
Subuh kembali, kau masih mengacuhkan AKU ..... tak ada
sepatah kata, tak ada seucap do'a, dan tak ada rasa,
tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepadaKU
...........
Apa salahKU padamu ...... wahai UmmatKU????? Rizki yang KU
limpahkan, kesehatan yang KU berikan, harta yang KU
relakan, makanan yang KU hidangkan, anak-anak yang KU
rahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepada
KU ............!!!!!!!
Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap
berharap suatu saat engkau akan menyapa KU, memohon
perlindungan KU, bersujud menghadap KU ...... Yang selalu
menyertaimu setiap saat ........

Allah SWT .

Rahasia Rizki

Pada saat kita dalam kandungan Ibu, maka 3 hal telah ditetapkan Allah swt;
hidup- mati, rezeki dan jodoh. Ketiga hal ini merupakan rahasia Allah swt
dan tersimpan dalam Lauhul Mahfuz. Kita coba telaah salah satu dari ketiga
rahasia Allah swt tersebut, yakni rezeki.

Rezeki seseorang telah ditetapkan oleh Allah swt, baik rezeki yang halal
maupun yang haram. Timbul pertanyaan: "Kenapa saya harus dihisab atas rezeki
yang haram, sedangkan Allah telah menetapkannya untuk saya?". Jawabannya
adalah, Allah swt memberikan kemampuan manusia untuk memilih rezeki halal
atau haram, sedangkan orang-orang yang beriman tidak akan menjulurkan
tangannya meraih rezeki yang haram. Jika ia dalam kesusahan, maka dia akan
tetap bersabar dan selalu berusaha (ikhtiar) untuk meraih rezeki yang halal.

Wahai manusia, makanlah oleh kalian apa saja yang halal dan baik yang
terdapat dibumi (Al-Baqarah 168).

Jika hari ini kita ditakdirkan memperoleh rezeki 100 ribu rupiah, maka ada 3
kemungkinan yang akan terjadi:
1. Kita mencopet, maka kita akan memperoleh 100 ribu dan dosa
2. Kita bekerja secara halal, maka kita akan memperoleh 100 ribu dan
pahala
3. Kita duduk saja dirumah dan tiba-tiba saudara kita datang
memberikan
100
ribu, maka kita akan memperoleh 100 ribu serta tanpa pahala dan dosa

Jumlah rezeki telah ditetapkan oleh Allah swt, tetapi proses mendapatkannya
merupakan pilihan-pilihan yang diberikan kepada manusia dan penetapan
pilihan ini yang akan dihisab oleh Allah swt. Jumlah rezeki tidak tergantung
dari proses sebab-akibat yang dilakukan oleh manusia. Karena jika tergantung
dari sebab-akibat, maka seorang tukang becak yang bekerja keras seharusnya
lebih kaya dari seorang Manager yang banyak duduk, maka seorang ulama yang
shaleh dan berdo'a dengan khusyu' lebih kaya dari seorang Direktur yang
mengabaikan perintah Allah swt. Tetapi bukannya kita tidak perlu bekerja
keras dan berdo'a karena keduanya perintah Allah dan menjadi ibadah. Untuk
itu kita seharusnya tidak perlu berputus asa dalam mengarungi kehidupan ini,
karena rezeki itu akan sampai "kealamat" yang benar (pemiliknya).

Mereka semua (mukmin atau kafir) masing-masing Kami limpahi karunia, karena
sesungguhnya pemberian Rab-mu tiada terhalang kepada siapapun (Al-Isra 20).

Seringkali kita menganggap bahwa rezeki berupa kekayaan materi semata; uang,
rumah, mobil, perhiasan, perusahaan, tanah, dll. Padahal rezeki adalah semua
yang dapat kita manfaatkan; udara (oksigen) yang kita hirup, kebutuhan air,
cahaya matahari, hasil hutan, hasil bumi/tambang adalah rezeki juga. Bahkan
kecerdasan otak, kefasihan bicara dan kekuatan/kesehatan tubuh-pun termasuk
rezeki karena dengan modal itu kita dapat bekerja.

Harta yang kita peroleh tidak otomatis menjadi rezeki kita, karena rezeki
adalah segala sesuatu yang dimanfaatkan oleh pemiliknya. Seorang yang kaya
belum tentu semua hartanya merupakan rezekinya, jika ia termasuk orang yang
sangat kikir sehingga ia tidak membeli rumah tetapi mengontraknya, ia tidak
membeli mobil tetapi naik angkutan umum, pakaiannya jarang diganti yang
baru, tidak berzakat/infaq. Sehingga hartanya semakin berlimpah dan pada
saat ia meninggal harta itu menjadi milik ahli warisnya dan tidak bermanfaat
sedikitpun bagi dirinya. Karena pada saat seorang manusia meninggal maka
terputus amalannya kecuali 3 hal:
1. Ilmu yang bermanfaat (mengajarkan al-Quran/da'wah, mengaji,
shalat,
dll)
2. Shadaqah yang dimanfaatkan orang lain (membangun mesjid,
pengairan,
dll)
3. Do'a anak yang shaleh

Setiap manusia meninggal, maka terputuslah segala amal perbuatannya kecuali
tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang
senantiasa mendo'akannya (Al-Hadist).

Walhasil, rezeki kita akan menuju kepada 3 arah saja:
1. Segala sesuatu yang dimakan dan akan menjadi kotoran (makanan,
minuman,
obat, dll)
2. Segala sesuatu yang digunakan dan akan menjadi sampah (pakaian,
sepatu,
kendaraan, dll)
3. Segala sesuatu yang diinfaqkan dan akan menjadi tabungan akhirat
Selain ketiga hal diatas bukan rezeki kita, tetapi kita hanya diberi amanah
untuk mencarinya, menjaganya dan menyerahkannya kepada pemilik yang
sebenarnya (pemilik asli).

Allah swt selalu menguji keimanan seseorang dan ujian itu tidak hanya berupa
kesulitan/musibah tetapi kesenangan merupakan ujian juga. Rezeki yang
melimpah menjadi ujian bagi manusia, apakah dimanfaatkan dijalan yang halal,
dibayarkan zakatnya, untuk membantu fakir miskin/saudara/tetangga,
diinfaqkan untuk da'wah Islam atau untuk naik haji. Atau disimpan saja tanpa
mempedulikan hal-hal diatas, sehingga rezeki ini membawa petaka bagi dirinya
dan termasuk orang-orang yang merugi.

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebajikan sebagai suatu ujian,
dan kepada Kami kamu akan dikembalikan (Al-Anbiya 35).

Seseorang yang kaya raya maka hisabnya di Yaumil akhir lebih lama, karena
khusus masalah harta ini ada dua pertanyaan; bagaimana cara memperolehnya?
dan untuk apa digunakan?. Sehingga seorang konglomerat Abdurrahman bin Auf,
termasuk 10 sahabat yang dijanjikan masuk syurga, saat diberitakan Nabi saw
bahwa Abdurrahman bin Auf merangkak masuk syurga karena banyaknya harta yang
ia punya dan lamanya hisab yang harus dijalaninya. Mendengar hal itu,
kemudian Abdurrahman bin Auf menginfaq-kan seluruh hartanya berupa 40.000
dirham emas (1 dirham = 4,25 gram emas murni, sehingga sekitar 16 milyar
rupiah!) ditambah perak, unta dan kuda untuk menegakkan agama Allah.
Sanggupkah kita menjadi Abdurrahman bin Auf?, dimana semua hartanya menjadi
rezekinya.

Untuk itu sekarang menjadi pilihan kita atas harta yang kita peroleh,
memanfaatkannya dijalan Allah sehingga menjadi rezeki kita dan tabungan
akhirat atau menjadi kotoran dan sampah. Orang-orang yang beruntung adalah
orang-orang yang pintar memanfaatkan hartanya; membayar zakat, naik haji,
infaq untuk fakir miskin/mesjid/da'wah dan untuk ibadah. Pilihan kita untuk
menentukannya, menjadikannya rezeki kita dan bermanfaat atau hanya sia-sia
saja.

Wallahua'lam bishshawab.

"Tak Bisa ke Lain Hati... "

Bismillahirrahmannirahim,


"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul). (Q.S An-Nahl 16.36)


Islam mengajarkan ummatnya agar menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan
selain Allah, dan Tuhan itu tidak beranak ataupun dilahirkan. Inilah hal yang
membedakan ajaran Islam dengan ajaran agama lainnya:


"Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: Ketika Muaz bin Jabal mengikuti
unta Rasulullah s.a.w dalam satu perjalanan, Rasulullah s.a.w memanggil: Wahai
Muaz! Muaz menyahut: Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah. Rasulullah
s.a.w memanggil lagi: Wahai Muaz! Aku menyahut lagi: Telah kuterima panggilanmu
itu wahai Rasulullah.


Rasulullah s.a.w memanggil: Wahai Muaz! Aku menyahut lagi: Telah kuterima
panggilanmu itu wahai Rasulullah. Rasulullah s.a.w bersabda: Sesiapa yang
mengucap Dua Kalimah Syahadat yaitu: "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah, dan Muhammad adalah utusannya," niscaya selamatlah dia dari api Neraka.
Kemudian Muaz berkata: Bolehkah aku memberitahu perkara ini kepada orang ramai
agar mereka sebarkan berita gembira ini? Rasulullah s.a.w bersabda: Kalau
begitu, lakukanlah dan berserahlah kepada Allah" (H.R.Bukhari-Muslim)


"Diriwayatkan dari Muaz bin Jabal r.a katanya: Pernah aku mengikuti Nabi s.a.w
dalam satu perjalanan di mana aku berada di belakang baginda. Baginda memanggil:
Wahai Muaz bin Jaball Aku terus menyahut: Telah kuterima panggilanmu itu wahai
Rasulullah. Kami meneruskan lagi perjalanan. Kemudian baginda memanggil lagi:
Wahai Muaz bin Jabal! Aku menyahut: Telah kuterima panggilanmu itu wahai
Rasulullah. Kami meneruskan lagi perjalanan kemudian baginda memanggil lagi:
Wahai Muaz bin Jaball Aku menyahut lagi: Telah keterima panggilanmu itu wahai
Rasulullah.


Baginda bersabda: Tahukah kamu kewajiban manusia terhadap Allah? Aku menjawab:
Allah dan RasulNya-lah yang lebih mengetahui. Baginda bersabda: Kewajiban
manusia terhadap Allah ialah dengan mengabdikan diri kepadaNya tanpa
menyekutukanNya. Kami meneruskan lagi perjalanan beberapa ketika kemudian
baginda memanggil lagi: Wahai Muaz bin Jaball Aku menyahut: Telah kuterima
panggilanmu itu wahai Rasulullah.


Rasulullah s.a.w bersabda: Tahukah engkau apakah kewajiban Allah terhadap
manusia apabila mereka melakukan perkara-perkara yang aku nyatakan di atas? Aku
menjawab: Allah dan RasulNyalah yang lebih mengetahui. Akhirnya baginda
bersabda: Allah tidak akan menyiksa mereka" (H.R. Bukhari-Muslim)


"Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang
yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali
orang-orang yang dzalim" (Q.S. Al Ankabuut 24:49)


Wawllahu'alam bishawab.